Sabtu, 07 April 2012

Sugesti Adalah...

Sugesti sebetulnya berasal dari kata dalam bahasa Inggris suggestion artinya saran.  Dengan kata lain, sugesti adalah ilmu untuk meyakinkan orang lain dengan cara memberi “saran”.

Seorang dokter memberi sugesti kepada pasiennya, memberi saran bahwa si pasien harus begini2 atau begitu2 kalau penyakitnya mau sembuh.  Saran yang bersifat Mutlak (harus) dikerjakan oleh pasiennya.  Kalau pasiennya percaya, maka sugesti itu akan membuahkan hasil (kesembuhan) bagi si pasien.
Jadi kekuatan sugesti ada pada kepercayaan si pasien akan saran si dokter tadi.  Kadang2 ada sugesti yang sangat berhasil, ada yang berhasil, ada yang gagal.  Kalau tingkat kepercayaan si pasien itu demikian tinggi, maka ketika sang dokter belum memberikan saran apa2, baru menatap muka saja, maka adakalanya si pasien sudah merasakan kesembuhan.

Tetapi, tidak jarang juga si pasien harus bolak balik ke dokter untuk penyembuhan penyaikitnya.  Dan tidak sedkit pula pasien yang penyakitnya sama, saran atau sugesti yang diberikan sama, tetapi kok penyakitnya tidak sembuh2 juga.  Ini berarti yang menyembuhkan bukan sugesti dari sang dokter 100 %.  Dokter hanya berusaha,  memberi sugesti (saran), mengobati saja, sedangkan hasil akhir sebuah kesembuhan adalah milik Tuhan, Dzat yang Maha Menyembuhkan.

Sebagaimana seorang dokter, seorang guru/dosen dalam mengajar juga dengan memberkan sugesti kepada anak didiknya.  Dalam hal ini, sang murid harus mentaati apa yang diucapkan oleh guru/ dosen nya.  Ikuti kata per kata nya,  kalau ia ingin pandai seperti guru/dosennya.

Dengan kata lain, murid harus patuh, taat, manut, dengan apa yang dikatakan guru, jika ia ingin mendapat ilmu dari gurunya.  Jaman sekarang, banyak murid yang sudah merasa “lebih pintar” dari gurunya.  Sehingga sering tidak hormat kepada guru.  Banyak murid yang “durhaka” kepada gurunya sendiri.  Banyak murid yang hanya cari nilai.  Banyak murid yang hanya cari muka.  Sehingga ilmu yang didapat sering tidak membawa berkah.  Sehingga seorang yang ilmunya tinggi, tapi tidak berkah, akibat durhaka kepada sang guru.  Di India (jaman dulu), seorang yang dipanggil “guru”, adalah orang suci, mirip dewa, orang yang dekat dengan Tuhan.  Orang yang kata2nya selalu dipatuhi.  Karena kalau tidak dipatuhi, maka bencana akan menimpa. Apakah itu bencana gempa bumi atau gagal panen.

Dalam dunia perdagangan, seorang salesman yang berhasil adalah jika dia dapat memberi sugesti kepada pembeli atau pelanggannya tentang keunggulan produk tertentu.  Banyak konsumen merasa tertipu setelah memberi barang, karena kelihaian dari sang salesman dalam mensugesti.  Sugesti yang berlebihan akan membuat konsumen dibuat klepek2, tak berdaya menolak, akhirnya menyesal.

Ilmu sugesti dapat pula dijadikan ilmu yang kearah negatif, untuk hipnotis misalnya.  Korban hipnotis adalah orang2 yang lemah, pikirannya sedang “kosong”, sehingga dengan sentuhan, tatapan mata, rayuan yang memohon2, seseorang dapat terkuras duitnya melalui ATM.  Kadang2 sugesti dilakukan dari jarak jauh, baik sugesti untuk menipu atau mengobati orang.


Sugesti akan berhasil karena ada “deal” antara dokter dengan pasien, antara guru dengan murid, antara dosen dengan mahasiswa, antara salesman dengan konsumen, antara penghipnotis dengan korbannya.  Sugesti akan berhasil jika ada yang percaya, dokter dipercaya oleh pasien, pasien jadi sembuh.  Guru dipercaya oleh murid, maka murid jadi pintar, begitu juga dosen dengan masiswa.  Salesman barangnya bisa laku karena dipercaya oleh konsumen.  Penghipnotis bisa berhasil menghipnotis orang, karena ada yang “percaya”, mungkin lebih tepatnya terpedaya.

Sugesti ini juga bisa ditularkan.  Orang yang punya sugesti kuat dapat ditularkan kepada orang lain.  Jadi sugesti ini sudah berkembang seperti “energi” atau tenaga dalam.  Orang yang punya tenaga dalam dapat ditularkan kepada orang lain melalui “perantara”  batu cincin, keris dll, tapi hati2 yang ini bisa menjurus ke arah sirik.  Tetapi sirik itu bukan hanya percaya kepada cincin atau keris saja.  Orang yang percaya kepada dokter, bahwa dokter yang menyembuhkan, bahwa obat yang menyembuhkan bisa juga tergelincir kepada sirik.  Karena hakikatnya yang menyembuhkan adalah bukan dokter, bukan obat, tetapi Tuhan.  Buktinya, dengan penyakit yang sama diobati dengan obat yang sama, dengan dokter yang sama, tetapi ada pasien yang sembuh ada juga yang mati.  Itu artinya apa, bukan dokter bukan obat yang menyembuhkan, tetapi Tuhan yang menyembuhkan.  Begitu juga ada dokter yang prakteknya laris, ada yang prakteknya tidak laku, mungkin dokter ini belum punya ilmu sugesti, belum dipercaya oleh pasien2 yang datang.  Ada dokter yang kaya raya, tetapi ada dokter yang miskin, itu juga artinya apa, rezeki Tuhan yang mengatur.

Begitu juga dengan guru,  Kita wajib menghormati guru, walaupun sudah jadi pejabat, presiden atau menteri tetap harus hormat kepada guru, bukan berarti pula mendewa2kan guru.  Guru juga tidak mau didewa2kan, saya kira.  Tetapi guru tetap harus dihormati agar ilmu yang kita dapat dari guru mendapat keberkahan, membawa kebaikan.  Kita sekarang punya ilmunya tinggi2, teknologinya hebat2, tetapi mungkin tidak berkah, karena kita tidak menghormati guru sebagaimana mestinya.  Kondisi bangsa Indonesia yang kurang bagus juga, jangan2 kita termasuk orang yang “durhaka” kepada guru2 kita.  Ilmu dapat tapi tidak berkah…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar